Pamekasan
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 Kabupaten yang ada di Pulau Madura
seperti Bangkalan, Sampang dan Sumenep. Pamekasan sendiri berbatasan
langsung dengan Kabupaten Sumenep di sebelah timur, Kabupaten Sampang di
sebelah barat, Selat Madura di selatan dan berbatasan dengan Laut Jawa
di sebelah Utara.
Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan, yang kemudian dibagi lagi menjadi
178 Desa dan 11 Kelurahan. berikut adalah nama dari 13 Kecamatan
tersebut:
- Kecamatan Tlanakan
- Kecamatan Proppo
- Kecamatan Pegantenan
- Kecamatan Pasean
- Kecamatan Pamekasan
- Kecamatan Palengaan
- Kecamatan Pademawu
- Kecamatan Kadur
- Kecamatan Larangan
- Kecamatan Galis
- Kecamatan Batu MarMar
- Kecamatan Pakong
- Kecamatan Waru
Berbicara tentang Kabupaten Pamekasan tentunya tidak akan terlepas dari
nama Monumen Arek Lancor, selain itu di Kabupaten Pamekasan ini tiap
tahun mengadakan event Kerapan Sapi Piala Presiden serta rangkaian acara
Semalam di Pamekasan yang menampilkan kesenian khas Pamekasan serta
kabupaten lainnya di Madura.
Selain itu ada tokoh yang cukup terkenal di Indonesia berasal dari Pamekasan, beliau adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD yang sempat menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia.
Asal Usul Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan
lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri
baru dikenal pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai
memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton
Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses
perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama
wilayah ini.
Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang
ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan
tentang kapan dan bagaimana keberadaannya. Munculnya sejarah
Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak
pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang
lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis
Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk Jauh sebelum
munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan.
Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan
Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada
tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat
disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit
yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit
mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan
sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang
kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan
untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat
kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.
Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu
Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan
masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan
dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang
Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai
raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.
Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah
pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh
penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian
mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura,
seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti
tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada
daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada
layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi
(Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai
salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh
kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura,
terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan
dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai
raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai
mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat
dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota
Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian,
sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun
prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan
kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah
Pamekasan.
Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak
berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati
yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya
melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena
dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota
Pamekasan.
 |
Lambang Kabupaten Pamekasan Madu Ganda Magesti Tunggal |
Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik
terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis
pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan
dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem
serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang
lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama,
khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf
dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda
tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.